Memory terindah di pantai Kuta
Karena kebiasaan ga tidur malam beberapa hari ini, dan tidur sudah di atas jam 8 pagi, bahkan sekarang sudah jam 11 siang masih belum tidur (khusus hari ini deh), tadi pagi jam 6 aku tiba2 ingin refreshing sebentar.
Pikirku sepertinya jalan ke pantai kuta bisa membuat aku benar2 segar, supaya begitu pulang, tinggal mengerjakan sisa pekerjaan lalu tidur dengan lelap.
Banyak orang bilang, pagi2 lebih enak kalau jalan ke sanur liat matahari terbit.
Entah kenapa aku tidak terlalu suka matahari terbit.
Jauh lebih nikmat bagiku pagi2 jalan ke pantai kuta, masih sunyi, keramaian bali masih belum nampak, menikmati udara segar, dan hembusan angin pantai yang sama sekali belum panas.
Pantai kuta punya kisah yang sebenarnya tidak bisa aku lupakan.
Dulu pertama kali menginjak bali, sopirku, orang bali asli, yang senang bicara dan bercerita tentang segala sesuatu itu, mengenalkanku pada banyak sekali orang. Termasuk pada seorang ibu tukang pijat di pantai kuta.
Oh, aku paling tidak suka dipijat di pantai kuta.
Bahkan hari ini, aku juga sudah tidak tau apakah ibu2 tukang pijat di pantai kuta itu masih ada di sana atau tidak.
Sudah sangat lama tidak menginjak pantai kuta. Maksudku, benar2 menginjakkan kaki di pasirnya.
Setiap kali mengatakan ke pantai kuta, itu maksudku hanya lewat dengan mobil, lalu matikan AC, buka jendela, dan menghirup udara pantai dari dalam mobil. Haha.
Keindahan pantai kuta lebih banyak aku nikmati justru dari lantai tiga Sheraton.
Aku benci sekali dipijat di pantai kuta (dulu, sekarang kan sudah tidak nongkrong di sana).
Minta bayaran ga masuk akal.
Belum ditambah mata para pria yang sepertinya tidak pernah melihat wanita cantik. Hellow? Di dunia kalian tidak ada yang cantik?? Atau kalian berpikir ada wanita yang dipijat di pinggir pantai di bali mengenakan celana jeans dan jaket kulit?? Tidak pernah melihat bikini???
Tapi tetap saja, bayangan di otakku bahwa aku mungkin saja menjadi objek kesenangan orang2 yang bahkan tidak ku kenal, cukup menggangguku.
Jadi lupakan pantai kuta!
Seorang bule yang tertangkap basah sementara melotot ke arahku, cukup membuatku say no untuk dipijat di pantai kuta. Haha.
Tapi duniaku di pantai kuta isinya bukan hanya para pria itu.
Isinya juga ada tukang2 pijat, hahahaha.. apa sih.
Dan setiap kali aku melewati pantai kuta, aku pasti akan teringat dengan kisah ini.
Aku ingat waktu itu, aku lagi duduk sambil minum bir dingin di situ, ditemani sopirku. Sebelum bir dingin dilarang dijual di kuta tentu saja.
Btw, aku katakan sebuah rahasia.
Itu pertama kalinya aku minum bir. Dan aku sama sekali tidak menyukai rasanya!!!
Muka ku tiba2 berubah menjadi jelek, dan aku hampir memuntahkan minuman itu dari dalam mulutku. Tapi demi gengsi perempuan cantik, aku sebisa mungkin tidak melakukannya dan lumayan berhasil. LOL.
Sejak itu, tidak ada satu makhluk pun yang bisa memaksa aku meminum bir lagi.
Vodka? Apalagi dicampur kopi? Itu persoalan lain, hehehehe.
Di sebelahku, kira2 jaraknya hanya 3 meter, ada juga seorang ibu yang lagi dipijat kakinya oleh seorang tukang pijat ibu2.
"Mbak, itu bu Ketut. Yang lagi mijit..." kata sopirku buka pembicaraan.
Kita namakan saja ibu itu Ketut yah.
"Oh bapak kenal?" aku sih cuek aja. Mana aku tertarik dengan nama orang?
"Kenal mbak. Ibu itu orang kaya... punya 70 mobil rental di sini." lanjut sopirku.
Aku diam saja. Tidak mau memberi komentar. Dalam hati, tidak percaya. Kenapa bisa ada orang kaya punya 70 mobil bisa jadi tukang pijat di pantai?
Tapi aku adalah pendengar yang sangat baik.
Aku mampu mendengarkan cerita orang lain begitu lama, meskipun aku sendiri tidak terlalu mempercayai ceritanya.
Sopirku terus saja cerita tentang bagaimana ibu itu dibantu oleh seorang bule karena terkesan dengan kejujurannya.. bla bla bla.
Akhirnya aku tidak bisa menahan rasa penasaranku,
"Lalu kenapa masih mau jadi tukang pijat di sini pak?"
Sambil berharap suaraku tidak cukup kuat waktu mengatakan itu, karena jarak antara aku dan ibu itu begitu dekat.
"Katanya supaya dia bisa terus mengingat dari mana dia berasal, mbak." jawab sopirku pelan.
Aku diam, lalu pelan2 memandang ke arah mereka lagi.
Ke arah ibu tukang pijat yang punya 70 mobil itu, yang lagi menunduk memijat kaki.
Lalu ke arah ibu yang lagi dipijat itu.
Dengan make up tebal, dan tas branded kw, plus hak tinggi yang dilepas di sebelahnya (di pantai sodara2!).. yang sejak tadi terus mengomel karena tidak yakin minyak pijat yang digunakan si pemijat akan baik untuk kehalusan kakinya atau tidak.
Entah, siapa yang lebih kaya dan siapa yang lebih miskin.
---------------------
Banyak yang bilang, aku terlalu sensitif dengan orang yang senang pamer kekayaan.
Mungkin juga.
Karena andaikan yang dipamerkan adalah kualitas pemikiran, atau kualitas hati, mungkin itu akan lebih membuatku terpesona.
Tapi kekayaan? Jangan bikin aku tertawa, atau bahkan meludah.
Aku sudah pernah melihat seorang pelacur yang menawarkan dirinya 70rb di jalan raya, bisa menjadi bupati.
Dan aku sudah pernah melihat istri kepala bank besar menjadi istri satpam.
Kalau kau kaya, tidak ada seorangpun yang mengetahui... kau tetap kaya.
Kalau kau miskin, semua orang mengira kau kaya pun, kau tetaplah miskin.
Komentar
Posting Komentar