The world keeps Fairytales

Image result for twilights


Aku bukan tipikal perempuan yang suka membaca novel. Apalagi novel percintaan. Cuih.
Kesukaanku itu novel2 seperti tulisan Paulo Coelho atau sweet stories ala Jodie Picolt.

“Ester asked, "Why people are sad."
"That’s simple," says the old man. "They are the prisoners of their personal history. Everyone believes that the main aim in life is to follow a plan. They never ask if that plan is theirs or if it was created by another person. They accumulate experiences, memories, things, other people's ideas, and it is more than they can possibly cope with. And that is why they forget their dreams.”
Paulo Coelho, The Zahir.

Atau..

 “I'm lonely. Why do you think I had to learn to act so independent? I also get mad too quickly, and I hog the covers, and my second toe is longer than my big one. My hair has it's own zip code. Plus, I get certifiably crazy when I've got PMS. You don't love someone because they're perfect. You love them in spite of the fact that they're not.”
Jodi Picoult, My Sister's Keeper.

Dialog2 seperti itu yang mampu membuat aku kecanduan.
Menurutku sebuah novel yang bagus, haruslah yang mampu berkomunikasi dalam segala level jiwa. Memuaskan emosi, memuaskan intelektual, dan mampu mengusik hati agar mengajukan pertanyaan2 kritis untuk direnungkan.
Sebab jika tidak, aku lebih senang bermain dengan imajinasiku sendiri daripada membuang waktu membaca novel.

FYI, aku tidak pernah membaca harry potter. Imajinasiku jauh lebih magical dari seluruh kisah harry potter.
Aku juga tidak pernah membaca Lord of the Ring, meskipun banyak yang mereferensikan untuk membaca karya itu seperti aku membaca Narnia.
Halah, cerita apa itu, mengejar2 cincin? Bahkan versi film nya yang sudah ditayangkan entah berapa ratus kali di tv lokal, tidak pernah selesai aku tonton.
Seseorang yang sangat aku hormati cara berpikirnya (dulu), juga merekomendasikan Lord of the Ring, dengan embel2 penulis novelnya sekaliber CS Lewis, tapi aku sama sekali tidak percaya.. dan tentu saja tidak mampu membuat aku mau membaca novelnya.
Novel apa lagi?
50 shades of grey? Oh please, imajinasiku jauh lebih liar dari itu.
Di saat orang2 indo lagi tergila2 dengan buku itu, aku seperti merasa membaca sebuah novel picisan, dengan embel2 berbau seksual dalam bahasa yang dikemas modern.

Tapi hari ini, tiba2 pikiranku tertarik dengan twilite. Kisah vampire itu.
Banyak tahun yang lalu, seorang adik, mengajakku berkali-kali nonton filmnya, juga menawarkan aku koleksi lengkap novelnya.. sambil menceritakan padaku tentang sebuah kisah cinta mengharu biru selama berjam-jam.
Untung waktu itu kita di starbucks, dia yang traktir, dan itu berarti dia bisa cerita sepuasnya, dan aku ok saja mendengar, selama kopiku belum habis :D

Dan beberapa jam yang lalu, di sebuah komunitas LN, komunitas para filsuf (LOL) kembali twilite itu dibahas. Seseorang yang sangat sok tau tentang preferensiku tentang novel berkata,  "You like Rowling's, right?" Aku bilang aja iya, karena ingin tau lalu kenapa kalau aku like Rowling atau ga. "This is way better than hers", katanya.

Akhirnya aku memutuskan, besok pagi, begitu matahari muncul di jendela kamarku, aku akan menghubungi adikku yang gila twilite itu, dan memintanya mengirim koleksinya ke tempatku, LOL.
I'll give u a try twilite.
Semoga percakapan2 di dalamnya bukan percakapan cinta aneh, atau percakapan2 yang bisa memicu sindrome galau abg alay-ku.

Semoga twilite bisa mendekati keindahan cerita cinta di taman itu.. seperti yang dikatakan oleh adikku.
Meskipun tidak akan pernah bisa menyamainya.
Kisah cinta Kita, Sayang.

------------------

Note: Percayalah, Edward Cullen itu sama sekali tidak ada ganteng2nya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Love Is A Verb

- I love you.

Menulis Kisah Cinta