We will shine like the stars above.

Image result for stars




Sesungguhnya, kita masuk ke dalam situasi yang lebih berbahaya.

Kelihatannya tidak berbahaya, sejak kita meninggalkan percakapan2 alay ala abg.

Dan untuk sementara waktu, kita sendiri pun percaya bahwa zona berbahaya sudah lewat.
Kita seperti sudah mulai berjalan di zona yang aman.
Tidak ada yang perlu dikuatirkan.
Kita sudah jauh lebih bisa mengendalikan diri dibanding dulu.

Tapi kenapa aku justru merasa bahwa sesungguhnya situasi kita justru menjadi semakin sulit terkendali, meskipun di permukaan kelihatannya sangat terkendalikan?

Urusannya berbeda dengan situasi abg yang lagi jatuh cinta, sehingga tidak bisa berpikir dengan jernih.
Kita justru mulai berpikir sangat jernih.
Masalahnya, kejernihan itulah yang diam2 seperti menjadi sebuah perangkap sangat kuat bagi kita.
Yang halus, tapi tidak bisa kita lepaskan.
Yang kita ketahui dengan sempurna, tapi kita tetap berjalan ke arah itu seakan jauh di dalam sanubari kita, kita tau, itulah yang memang harus dilakukan.

Dan kalau diri kita sendiri mengajukan pertanyaan2 sulit, yang tidak bisa kita jawab, kita akan membiarkannya berlalu begitu saja.

Sebagian diri kita tidak bisa kita kendalikan.
Tapi bukan emosi yang memegang kendali di sana.
Bukan juga pikiran sehat kita.

Kita seperti dituntun oleh sebuah kekuatan tak kelihatan.
Yang kita ikuti dengan mata tertutup, karena kita tau arahnya tidak pernah keliru.
Dan meskipun tak terhitung banyaknya pertanyaan yang muncul di dalam perjalanan itu,  kita tetap terus berjalan.
Meskipun begitu banyak hal yang tidak kita pahami, tanpa sadar kita tetap berjalan sesuai arah yang dibentuk oleh kekuatan tak terlihat itu.

Berulang kali kita menampar diri kita dan mengingatkan diri kita, bahwa itu pasti bukan Tuhan.

Dan untuk beberapa waktu, kita kadang berhenti, dan mencoba membebaskan diri untuk alasan-alasan yang sangat baik.
Berjalan dengan sengaja ke arah yang berbeda...
Namun hanya untuk menemukan bahwa kita ternyata sudah berada kembali di jalan itu.

Kadang aku menunggu saat2 di mana aku dibangunkan dari mimpi ini.
Aku sudah bersiap-siap.

Begitu banyak mimpi yang sudah2, juga berakhir.

Kadang aku menunggu aku terbangun dengan kenyataan yang harus dihadapi.
Kadang menunggu untuk melihat kenyataan bahwa apa yang selama ini aku percayai ternyata sama sekali keliru.

Tapi hidup terus berjalan...
Di jalan itu.

Hingga aku mulai bertanya pada Tuhan,
Apakah ini benar2 terjadi?
Apakah benar2 Engkau yang melakukannya?
Dan apakah semua mimpi2 itu akhirnya akan benar terjadi?

Apakah semua yang Kau perlihatkan padaku akan mulai terjadi?
Tahun depan sudah 20 tahun.
Itu bukan waktu yang singkat.
Itu lebih dari separuh hidupku.

Sungguh2kah Kau akan memenuhi janjiMu?
Sungguh2kah Kau akan mulai melakukan apa yang selama ini hanya aku lihat lewat mata rohaniku?

Diakah orangnya? Atau haruskah aku menunggu orang lain lagi? - tanyaku padaMu seperti Yohanes Pembabtis bertanya pada Tuhan Yesus.

Lalu aku melihat sebuah meja panjang digelar.
Semua sudah berada di atas meja.
Tanda-tanda, kesempatan-kesempatan, keahlian-keahlian, karakter, resiko-resiko, destiny yang tidak bisa dihindari, dan harga yang harus dibayar.

Dan aku memegang sebuah lencana.
Lencana itu adalah tanda sah bahwa aku berhak memutuskan apapun untuk diriku.

Lalu aku melihat tangan itu, terulur kepadaku.
Ada luka yang sangat dalam di situ.
Luka yang Dia peroleh saat Dia membayar aku dengan nyawaNya dan dengan segalaNya yang ada pada diriNya.

"Apakah kau mempercayai Aku?" Dia bertanya padaku, dengan pandangan mata seakan mau meyakinkan aku mempercayai Dia karena Dia tidak mungkin menyakiti aku dengan cintaNya yang sebesar itu.

Aku menangis.
Menangis dengan sangat keras.
Berjam-jam.
Lalu menyerahkan lencanaku ke tanganNya.

Aku mempercayaiMu... Aku mempercayaiMu..
Lalu terus menangis.







------------------------------------------------------

Lihat Shine, berapa banyakkah bintang yang ada di langit? Apakah kamu bisa menghitungnya?

Mana mungkin aku bisa menghitung berapa banyak bintang di langit sih, J?

Baiklah, tidak usah menghitung bintang. 
Kalau galaksi, bisa ga kamu hitung ada berapa?

Jiah. Galaksi itu definisi tepatnya apa aja, aku ga tau. Gimana aku bisa menghitung jumlahnya?

Apakah kamu tau bagi ahli astronomi, urusan bintang dan galaksi itu urusan yang sangat pelik? 1jt kali lebih pelik dari urusan matematika yang kamu tau? :P

Kalau cuma itu sih aku tau. Maksudku, kalau pelik, iya aku tau. Kenapa?

Kalau Aku bilang bahwa Aku yang bikin semua bintang dan galaksi itu, dan well, it's a very easy thing buat Aku.. 
Apakah itu akan membuat kamu percaya bahwa lencana kamu itu, jauh lebih baik kalau Aku yang pegang saja? 
Dan lalu urusan kecil itu, bahwa Aku pasti akan mengaturnya jauh lebih baik dari kamu? ;)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Love Is A Verb

- I love you.

Menulis Kisah Cinta